1.1
PENGERTIAN
Thalassemia
adalah suatu kelainan yang diturunkan dengan ditandai menurunnya sintesis dari
salah satu rantai globin dari Hb. Rantai beta (ß) adalah yang paling sering
terserang (B-thalassemia). (Barbara;
1996:683)
Thalassemia merupakan
syndrome kelainan yang diwariskan yang masuk kedalam kelompok hemoglobinopati,
yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi
didalam atau didekat gen globin. (Sudoyo;2009:
1379)
1.2
ETIOLOGI
Thalassemia ß
a.
Kelainan genotip
Pembawa sifat tersembunyi adalah
penderita thalassemia dengan variasi mutasi ß yang heterogen, dimana hanya
sedikit terjadi gangguan produksi rantai ß, sehingga dihasilkan rasio yang
hampir normal antara rantai globin ß dan , tanpa menyebabkan kelainan hematologi.
(Sudoyo, 2009; 1387)
b.
Gambaran fenotip
Tampilan klinis normal dengan kadar
hemoglobin normal, kadar HbA2 normal dan kemungkinan adanya mikrohitosis yang
ringan. Adanya pembawa sifat tersembunyi diketahui saat dilakukan studi
keluarga (saudara kandung dan keluarga dekat) pada anak dengan syndrome
thalassemia ß yang lebih berat daripada kedua orang tuanya yang menunujukkan
thalassemia ß trait. (Sudoyo, 2009; 1387)
Thalasemia
a.
Kelainan genotip,
gambaran fenotip
Delesi satu gen globin menyisakan
tiga gen globin fungsional (-), menyebabkan syndrom silent carrier.
Rasio rantai globin - /-
ß hampir
normal. Gambaran klinis normal. Tidak ditemukan
kelainan hematologis. (Sudoyo, 2009; 1389)
1.3
PATOFISIOLOGI
·
Normal hemoglobin
adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai alpa dan dua rantai beta
·
Pada beta thalasemia
yaitu, tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam molekul hemoglobin yang
mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen
·
Ada suatu kompensator
yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta memproduksi secara
terus-menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defective. Keseimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan hemosiderosis dan
atau anemia
·
Kelebihan pada rantai alpa
ditemukan pada thalasemia beta dan kelebihan rantai beta dan gama ditemukan
pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi
dalam sel eritrosit. Globin intra – eritrositik yang mengalami presipitasi,
yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari
hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan
hemolisis.
·
Reduksi dalam
hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC diluar menjadi eritropoetik
aktif. Kompensator produksi RBC secara terus menerus pada suatu dasar kronik,
dan dengan cepatnya dekstruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi
hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow
menjadi tipis dan mudah pecah.
1.4
MANIFESTASI KLINIS
×
Anemia (sebelum
diagnosis ditegakkan)
§ Demam
yang penyebabnya tidak bisa dijelaskan.
§ Pola
makan yang buruk.
§ Limpa
sangat besar.
×
Dengan anemia progresif
§ Tanda-tanda
hipoksia kronis :
Sakit kepala
Nyeri prekordial
dan nyeri tulang
Penurunan
toleransi terhadap olahraga
Kegelisahan
Anoreksia
×
Cirri lain :
§ Bentuk
muka mongoloid
§ Postur
tubuh kecil.
§ Maturasi
seksual lambat.
§ Rona
wajah kelabu dengan bercak kecoklatan (jika tidak menjalani terapi kelasi).
×
Perubahan tulang (pada
anak yang lebih besar jika tidak diobati)
§ Kepala
membesar.
§ Tulang
frontal dan pariental menonjol.
§ Eminensia
malar menonjol.
§ Pangkal
hidung mendatar atau melekuk ke dalam.
§ Maksila
membesar.
§ Protrusion
bibir dan gigi seri sentral bagian atas serta akhirnya maloklusi.
§ Penampakan
oriental pada mata (Wong, 2009;1128)
×
Letargi : penurunan
kesadaran ketingkat berikutnya
×
Sesak nafas (dipsnea)
×
Tebalnya tulang cranial
×
Menipisnya tulang
kartilago
×
Disrytmia (Suriadi, Asuhan keperawatan pada anak, 26)
1.5
KOMPLIKASI
Perawatan
yang ada sekarang yaitu hanya dengan membantu penderita thalassemia berat untuk
hidup lebih lama lagi. Akibatnya harus menghadapi komplikasi dari gangguan yang
terjadi dari waktu ke waktu.
×
Jantung dan Liver
Disease
Transfuse darah
adalah perawatan standart untuk pnderita thalassemia. Sebagai hasilnya,
kandungan zat besi meningkat di dalam darah. Hal ini dapat merusak organ dan
jaringan terutama jantung dan hati. Penyakit jantung yang disebabkan oleh zat
besi yang berlebihan adalah penyebab utama kematian pada orang penderita
thalassemia. Penyakit jantung termasuk gagal jantung, aritmis denyut jantung,
dan terlebih lagi serangan jantung. Gagal jantung bisa disebabkan karena
sernignya transfusi. Pada transfusi berulang, penyerapan zat besi meningkat dan
kelebihan zat besi tersebut bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung
yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.
×
Infeksi
Di antara
orang-orang penderita thalassemia infeksi adalah penyebab utama penyakit dan
kedua paling umum penyebab kematian. Orang-orang yang limpanya telah diangkat
berada pada resiko yang lebih tinggi, karena mereka tidak lagi memiliki organ
yang memerangi infeksi.
×
Komplikasi
neuromuscular tidak jarang terjadi, tetapi biasanya pasien terlambat berjalan
×
Sindrom miopati :
kelemahan otot-otot proksimal, terutama ekstremitas bawah
×
Akibat iksemia serebral
: kelainan neurologi fokal ringan
×
Anemia hemolitik :
gangguan pendengaran
×
Turnover sel dalam
sum-sum tulang : serangan pirai sekunder
×
Hemosiderosis
Akibat transfuse yang
berulang-ulang atau salah pemberian obat yang mengandung besi, mengakibatkan
pigmentasi kulit yang meningkat.
×
Kardiomiopati
kelainan fungsi otot jantung yang
ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut.
×
Hemokromatosis
Penimbunan pigmen besi hemosiderin
dalam tubuh secara berlebihan, disertai gangguan fungsi alat tubuh
bersangkutan.
Hemokromatosis sering terjadi pada anak-anak yang
menderita talassemia sebagai akibat dari tranfusi darah yang terus menerus
diberikan selama hidupnya. Hemosiderin akan timbun dalam jaringan hati,
jantung, pancreas, otak dan kulit (kulit menjadi kelabu)
×
Splenomegali
Pengangkatan
limpa secara keseluruhan atau pengangkatan sebagian limpa akibat dari suatu
gangguan yang tidak dapat diatasi.
×
Deformitas dan kelainan
tulang (osteoporosis)
Banyak penderita
thalssemia memiliki tulang yang bermasalah, termasuk osteoporosis. Ini adalah
suatu kondisi dimana tulang menjadi sangat lemah, rapuh dan mudah patah. Sumsum
tulang yang terlalu aktif dalam usahanya membentuk darah yang cukup, bisa
mengakibatkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah.
Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Kompensasi anemia tahap
berikutnya dilaksanakan oleh hati dan limpa yang turut membantu membuat sel
darah merah. Akibatnya pada dua organ tersebut terjadi pembesaran.
1.6
PENATALAKSANAAN
-
Terapi suportif
bertujuan untuk mepertahankan kadar Hb yang cukup untuk mencegah ekspansi
sumsum tulang dan deformitas tulang yang diakibatkanya, serta menyediakan
eritrosit dengan jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan aktifitas fisik
normal.
-
Tranfusi darah
bertujuan untuk mepertahankan kadar Hb diatas 10g/dl. Keuntungan terapi
transfuse darah yaitu:
a.
Peningkatan kesehatan
fisik dan psikologis karena anak mampu turut serta dalam aktifitas normal.
b.
Penurunan kardiomegali
dan hepatosplenomegali.
c.
Perubahan pada tulang
lebih sedikit.
d.
Pertumbuhan dan
perkembangan normal atau mendekati normal sampai usia pubertas.
e.
Frekwensi infeksi lebih
sedikit.
-
Pemberian Deforoksamin
untuk meminimalkan terjadinya hemosiderosis. Deferoksamin diberikan melalui IV
atau subkutan, yang sering kali diberikan dirumah dengan menggunakan pompa
infuse portable, selama 8-24jam(biasanya selama waktu tidur) selama 5-7hari
dalam seminggu. Deferoksamin juga diberikan secara IV selama periode 4jam pada
saat dilakukan tranfusi darah.(Benz dan
Giardina,1995).
-
Vitamin C hanya boleh
diberikan pada pasien-pasien yang mengalami deplesi askorbat dan hanya pada
saat deferoksamin diberikan.
-
Tindakan splenektomi
tujuanya untuk mengurangi efek tekanan abdomen yang membuat anak tidak berdaya
dan untuk memperpanjang usia sel darah merah yang ditambahkan lewat transfuse. Pada
anak-anak yang menjalani splenektomi harus terus mendapat terapi antibiotic
profilaksis dengan pengawasan medis yang ketat selama bertahun-tahun dan harus
memperoleh vaksin pneumococcus dan menigokokus selain meperoleh imunisasi yang
dijadwalkan secara rutin. (Wong,
2009:1130).
1.7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Darah tepi lengkap
·
Hemoglobin rendah dapat
sampai 2-3%.
·
Hematokrit.
·
Retikulosit meningkat.
·
Sediaan apus darah tepi
: anemia, mikrositer, hipokrom, anisositosis, poikilsitosis, sel eritrosit muda
(normoblast), fragmentosit, sel target.
·
Indeks eritrosit :
mikrositik hipokromik, sel target, mikrosferosit, polikromasi.
b.
Analisis hemoglobin
·
Eletroforesis
hemoglobin.
-
HbF (alkali denaturasi
modifikasi Betke 2 menit) meningkat 20-90% dari Hb total.
-
Pemeriksaan pedigree :
kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total)
c.
CT Scan : pada tulang
kepala: gambaran hair on end, korteks
menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
·
Foto tulang pipih dan
ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
·
Nama anak
·
Usia
-
Thalassemia mayor
biasanya ditemukan pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun dengan
klinis anemia berat, bila anak tersebut tidak diobati dengan hipertranfusi
(tranfusi darah yang bertujuan mencapai kadar Hb tinggi).
-
Komplikasi jantung dan
endokrin muncul 10 – 20 tahun kemudian pada penderita thalassemia intermedia
yang tidak mendapat transfuse darah. (Sudoyo,
2009 ; 1388).
·
Pendidikan orangtua
Tingkatan pendidikan orangtua dapat
mendukung dalam proses penyembuhan anak.
B.
KELUHAN UTAMA
Pasien dengan thalassemia biasanya
lemah, sesak nafas, pucat yang menunjukkan anemia.
C.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien dengan thalassemia penyebab
utamanya adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin
akibat mutasi didalam atau didekat gen globin.
D.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat transfuse darah/ komponen
darah, penyakit ginjal kronis, hepar, kanker, infeksi kronis, pernah mengalami
pendarahan, dan alergi multiple.
E.
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
Riwayat penderita dan keluarga
sangat penting dalam mendiagnosis thalassemia, karena pada populasi dengan ras
dan etnik tertentu terdapat frekuensi yang tinggi jenis gen abnormal
thalassemia yang spesifik.
F.
RIWAYAT KEHAMILAN &
KELAHIRAN
Pada saat dilahirkan Hb dalam
rentangan 2-10%. Biasanya pada penderita dewasa tidak ditemukan HbH. (Sudoyo, 2009 ; 1389).
G.
RIWAYAT PSIKOSPIRITUAL
·
Anak :
Usia, tugas perkembangan
psikososial, kemampuan beradaptasi dengan penyakit mekanisme koping yang
digunakan.
·
Keluarga :
Respon emosional keluarga, koping
keluarga yang digunakan keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress.
H.
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Thalassemia merupakan kelainan genetic menstimulasi eritrofoesis
hiperplasie sumsum tulang yang dapat menyebabkan perubahan skeletal yang dapat
menimbulkan anemia maturasi seksual dan pembentukan terlambat. (Suryadi, 2005; 26).
I.
PEMENUHAN KEBUTUHAN ( Activity
Day life )
a.
Nutrisi
Karena adanya anoreksia, penderita
thalassemia sering mengalami susah makan sehingga berat badan sangat rendah dan
tidak sesuai dengan usianya yang mengakibatkan gizi buruk.
b.
Aktivitas istirahat
Penderita thalassemia cenderung
tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (hepatomegali), terlihat lemah
banyak tidur atau istirahat bila beraktivitas tidak seperti orang normal.
c.
Hygiene personal
Penderita thalassemia pada umumnya
kurang memperhatikan kebersihan diri, akibat dari kelemahan fisiknya.
d.
Eliminasi
hematuria, nyeri
saat miksi.
J.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan Umum : pucat,
lemah, perut membuncit akibat hepatomegali, bentuk muka mongoloid (facies
Cooley), ditemukan ikterus.
2.
Pemeriksaan fisik
persistem :
·
B1 (breath)
Inspeksi : dada simetris,
kadang-kadang menggunakan otot bantu pernafasan.
·
B2 (blood)
Tidak dapat hidup tanpa transfuse,
keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfus kulitnya menjadi kelabu
karena penimbunan besi.
·
B3 (brain)
Status mental pada pasien
thalassemia baik, motorik kasar masih bisa dinilai (seimbang).
·
B4 (bladder)
BAK lebih sering , bisa terjadi disyuria dan hematuria, Palpasi
adanya distesi bladder (kandung kemih).
·
B5 (bowel)
Auskultasi : bunyi bising usus
Palpasi : abdomen untuk menentukan keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, adanya massa atau asites
Eliminasi BAB lebih sering
Dilihat adanya ileostomi atau kolostomi
·
B6 (bone)
Kemampuan
pasien duduk, berjalan, berdiri, dan cek postur tubuh biasanya menurun
K.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen ke sel.
Resiko terjadi
kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologis.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah normal.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
Kurangnya
pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah
interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
|
DAFTAR
PUSTAKA
·
Doengoes Marlylyn E,
Rencana Asuhan Keperawatan. 2000, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
·
Lynn Betz Cecily dan A.
Sowden Linda. Buku saku keperawatan pediatri, Edisi 5; Jakarta, 2004. Penerbit Buku Kedokteran
ECG.
·
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri,
Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
·
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC.Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar