KONSEP
PENYAKIT
I.1 PENGERTIAN
Ø Stroke
atau Cerebro Vascular Accident merupakan kematian mendadak jaringan otak yang
disebabkan oleh kekurangan oksigen akibat pasokan darah yang terganggu. Infark
merupakan daerah otak yang telah mati karena kekurangan oksigen. Ada dua cara
kematian jaringan otak :
1. Stroke iskemik,
penyebab infark yang paling sering, merupakan keadaan aliran darah tersumbat
atau berkurang di dalam arteri yang memperdarahi daerah otak tersebut.
2. Stroke hemoragik
terjadi karena perdarahan di dalam dan di sekitar otak yang menimbulkan
kompresi dan cedera otak. (Kowalak, 2003:
W13).
Ø Stroke
adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis vokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak nontraumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini
berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20
menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemik otak sepintas
(transient ischaemia attack = TIA).
Ø Cerebro
Vascular Accident (CVA) merupakan peradaran darah ke otak yang putus sementara.
Otak kita bergantung kepada perbekalan darah yang kaya oksigen secara terus
menerus, yang dibawa oleh pembulu nadi (arteri). Jika darah berhenti misalnya
karena bekuan darah, bagian otak yang dibekali oleh nadi itu akan mati. (leila, 1992: 2).
Ø Cerebro
Vascular Accident (CVA) ialah bencana atau gangguan peredaran darah di otak.
Gangguan peredaran darah ini dapat berupa :
1.
Iskemia.
Aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak (iskemia
berarti aliran darah berkurang).
2.
Perdarahan.
Biasanya perdarahan terjadi karena dinding pembuluh darah robek. (Lumbangtobing, 2002: 1).
I.2 KLASIFIKASI
Stroke
terbagi menjadi dua :
1. Stroke iskemik
Tipe
stroke ini terjadi karena aliran darah tersumbat atau berkurang aliran darah ke
daerah otak. Penyumbatan ini dapat terjadi karena aterosklerosis atau
pembentukan bekuan darah.
2. Stroke hemoragik
Stroke
hemoragik disebabkan oleh perdarahan di dalam dan di sekitar otak. Perdarahan
yang mengisi ruang-ruang antara otak dan tulang kranium dinamakan perdarahan
subaraknoid. Keadaan ini terjadi karena ruktur aneurisma malformasi arteiovenosa,
dan trauma kepala. Perdarahan di dalam jaringan otak sendiri di kenal dengan
sebutan perdarahan intraserebral dan terutama disebabkan oleh hipertensi. (Kowalak, 2003: W14).
·
Pendarahan
intraserebral (termasuk perdarahan kedalam sereberum
atau otak kecil )
Perdarahan
intraserebral atau perdarahan didalam otak (serebrum) ini terjadi kalau darah
dari pembuluh darah yang pecah membanjiri jaringan otak dan merembes
kedalamnya.Jumlah perdarahan dapat sedikit atau banyak (luas) menurut ukuran
pembuluh darah yang pecah dan keberhasilan penyumbatan tempat bocor itu oleh
bekuan darah.
·
Perdarahan
subaraknoid
Pada
perdarahan subaraknoid, letak
perdarahnya berbeda dengan perdarahan intraserebral; pada keadaan ini, darah mengalir keluar diantara
kedua selaput otak (meningen). Darah
tersebut secara cepat menyebar pada permukaaan otak dan bukan merembes kedalamnya. Perdarahan subaraknoid akan
menimbulkan gejala nyeri kepala yang hebat,
terjadi
tiba-tiba skali, dan
datang dengan muntah-muntah serta penurunan kesadaran. Kalau penderita dapat sadar
kembali,kita akan menemukan gejala kaku kuduk, keluhan
silau terhadap cahaya, dan
pada kasus yang lebih ringan dapat ditemukan sedikit kelumpuhan. Para penderita pendarahan
suburaknoid kerap kali sudah mempunyai benjolan atau kantong kecil (aneorisma)
pada salah satu pembuluh otak; kantong kecil ini terbentik akibat kelemahan
atau peregangan pada pembulu darah tersebut.
Keaadaan
ini dinamakan aneorisma berry dan umumnya dapat disembuhkan dengan pembedahan. Penderita dengan perdarahan hebat
dan dalam keadaan yang sangat lemah bukan calon yang baik bagi tindakan pembedahan; dalam keadaaan seperti ini diperlukan tindakan yang lebih
koservatif.
·
Perdarahan
subdural
Perdarahan
ini disebabkan oleh cedera kepala, dan letaknya tepat dibawah tengkorak
sehingga mudah diatasi dengan pembedahan. (Thomas,
1988: 21).
Skala Hunt dan Hess untuk Penentuan Derajat PSA
|
|
Derajat
|
Status Neurologik
|
I
II
III
IV
V
|
Asimthomatik, atau nyeri kepala minimal dan kaku kuduk ringan
Nyeri kepala sedang sampai parah, kaku kuduk, tidak ada defisit
neurologic kecuali kelumpuhan saraf kranialis
Mengantuk, difisit neurologi minimal
Stupor, hemiparesis sedang sampai berat, mungkin rigiditas deserebrasi
dini dan gangguan vegetative
Koma dalam, rigiditas
serebri, penampakan parah
|
(Sylvia,
2003: 1121).
Tingkat
|
Tanda iskemik
|
Tingkat
1
|
Tekanan
darah menurun tetapi ADO (aliran darah ke otak) dipertahankan (otoregulasi).
Tidak ada gangguan metabolik dan kelainan neurologik.
|
Tingkat
2
|
Tekanan
darah menurun, ADO 50-20 ml/100gr/menit. CMRO2 (cerebral metabolic rate of
oxgen) dipertahankan. Penambahan O2 bertambah tidak ada kelainan neurologik.
|
Tingkat
3
|
ADO
20-10 ml/100gr/menit. Kegagalan listrik, EKG datar, corticed evoke, response
hilang, mulai edema otak.
|
Tingkat
4
|
ADO
kurang dari 10 ml/100gr/menit. Kegagalan energi, efluk k+, influk
Ca++, kematian sel.
|
(Linardi, 1992
:28).
Hukum
Hagen – Poisseuille
Q = P x r4 x
L x N x 8
Q = aliran darah
P = tekanan perfusi
r
= penampang pembuluh darah
L
= panjang pembuluh darah
N
= viskositas darah
Phi/8
= konstanta
Rumus
ini dipengaruhi oleh :
·
RSV ( resistensi serebro vaskuler)
·
TPO (tekanan perfusi otak). TPO sama
dengan TDS tekanan darah sistemik rendah 2mmHg, sehingga diabaikan.
TPO = TDS – TDV (tekanan darah vena)
TPO = TDS
(Linardi, 1992
:20).
I.3 ETIOLOGI
1. Stroke iskemik
·
Aterosklerosis
merupakan endapan kolesterol dan plak di dalam dinding arteri. Endapan ini
dapat cukup besar untuk mempersempit lumen pembuluh arteri dan mengurangi
aliran darah selain menyebabkan arteri tersebut kehilangan kemampuan meregang.
·
Trombus
atau bekuan darah, terbentuk pada permukaan kasar plak aterosklerotik yang
terbentuk pada dinding arteri. Trombus dapat membesar dan akhirnya menyumbat
lumen arteri tersebut.
·
Embolus.
Embolus
berjalan lewat aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh arteri yang lebih
kecil. Embolus (atau emboli jika berjumlah banyak) umumnya berasal dari jantung
; disini berbagai penyakit dapat menyebabkan pembentukan trombus.
2. Stroke hemoragik
·
Aneurisme
merupakan keadaan dinding arteri yang melemah sehingga menyebabkan arteri
tersebut meregang dan menggelembung seperti balon. Biasanya aneurisme terjadi
di tempat yang terdapat percabangan arteri.
·
Hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan arteriol kecil pecah
di dalam otak. Darah yang dilepaskan di dalam jaringan otak akan menimbulkan
tekanan pada arteriol sekitarnya sehingga arteriol tersebut ikut pecah dan
menimbulkan perdarahan yang lebih luas. Hipertensi dapat pula menyebabkan
infark lakuner. Bentuk ini merupakan infark miniatur yang serupa dengan strok
komplek, tetapi memiliki skala yang lebih kecil. Infark lakuner terjadi di
dalam nukleus dan traktus spinalis otak dan menyerupai danau atau lubang
kecil-kecil.
·
Malformasi
arteriovenosa merupakan kelainan pembuluh darah otak
dan disini arteri berhubungan langsung ke vena tanpa melewati jaringan kapiler
(capillary bed). Tekanan darah yang
datang dari arteri tersebut terlalu tinggi bagi vena sehingga membuat vena ini
melebar sehingga dapat mengangkut darah dengan volume yang lebih besar.
Pelebaran ini dapat menyebabkan ruptur vena tersebut. (Kowalak, 2003: W14).
3. Faktor resiko (Arif, 2000: 18).
·
Tidak dapat diubah
-
Usia
Merupakan faktor resiko
paling penting terjadinya serangan strok. Penelitian populasi menunjukan
bilamana sesorangan hanya mempunyai satu faktor resiko pada dirinya, faktor ini tidak akan banyak
meningkat kemungkinan terjadinya permasalahan strok. Permasalahan baru terjadi kalau
penderita mempunyai dua,tiga,atau emapat faktor resiko yang bergabung menjadi
satu. Jadi, walaupun tidak dapat mengubah usia, faktor-faktor
lain yang disebutkan diatas dapat dihindari.(Thomas,
1995: 114).
-
Jenis kelamin pria
-
Ras
-
Riwayat keluarga
-
Riwayat TIA atau stroke
Penderita yang pernah
mengalami serangan iskemik otak sepintas (TIA) akan menghadapi resiko untuk
terjadi suatu serangan strok. Serangan
iskemik sepintas memebrikan gejala seperti serangan strok yang ringan, karena ada gangguan penglihatan
serta bicara, dan
perasaan lemas atau gangguan sensorik pada salah satu sisi tubuh. Gejala-gejala akan hilang dalam
waktu 24jam.Serangan ini dianggap sebagai suatu ancaman strok. (Thomas, 1995: 117).
-
Penyakit jantung koroner
Penderita penyakit
katub jantung, yang mungkin timbul setelah demam rematik, mempunyai
kecendrungan untuk terjadinya trombus dalam jantung yang kemudian terbawa darah
ke dalam otak. Keadaan ini terutama terjadi bila irama jantung menunjukan
kelainan. Setiap orang yang pernah merasakan gejala palpitasi (rasa berdeba-debar),
atau ketika diperiksa denyut nadinya teraba ketidakteraturan yang lebih dari
sekedar denyutan ekstra yang kadang – kadang timbul, harus menjalani
pemeriksaan lebih lanjut. (Thomas, 1995:
118).
-
Fibrilasi atrium
-
Hetero zigot atau homo zigot untuk
hemosistinuria
·
Dapat diubah
-
Hipertensi
Hipertensi merupakan
satu-satunya faktor resiko yang
terpenting tapi dapat diobati karena pengobatan hipertensi dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya strok hingga
separuhnya. Namun, insidensi serangan stok sudah mulai terlihat berkurang
sekalipun belum ditemukan obat darah tinggi yang efektif. Ada beberapa alasan
yang menjelaskan penurunan insidensi ini, yaitu termasuk kemungkinan garam
sebagai penyebabnya dan tekanan darah penduduk menurun bersamaan dengan
berkurangnya kandungan garam dalam makanan setelah ditemukan lemari es untuk
mengawetkan makanan. Yang menarik untuk diperhatikan, penurunan tekanan darah
ternyata hanya memberikan pengaruh yang amat kecil terhadap upaya untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya serangan jantung. (Thomas, 1995: 115).
-
Diabetes melitus
Penderita diabetes
mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mendapatkan serangan strok daripada
lainnya sehingga penyakit ini harus dikendalikan secermat mungkin. Penyakit
diabetes yang kurang terkontrol dapat mengakibatkan penurunan volume plasma
dalam peredaran darah. Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi sel darah merah. (Thomas, 1995: 121).
-
Merokok
Rokok merupakan faktor
resiko yang bermakna terjadi strok karena dianggap membahayakan pembuluh darah,
pertama–tama merokok akan memeprcepat pengerasan pembuluh nadi (arteriosklerosis)
dan kedua akan meningkatkan kecendrungan pembekuan darah. (Thomas, 1995: 125).
-
Penyalah gunaan alkohol dan obat
Alkohol dianggap
memberikan pengaruh yang berbahaya bagi peredaran darah otak. Bahan ini dapat
meningkatkan tekanan darah, menggangu metabolisme hidratarang dan lemak dalam
tubuh, dan juga mengganggu pembekuan darah.
(Thomas, 1995: 126).
-
Kontrasepsi oral
Pil kontrasepsi oral
atau pil KB yang pertama kali digunakan mempunya kandungan hormon ekstrogen
hormon yang tinggi.Hal iniyang membuat sebagian wanita mendapatkan serangan
strok. (Thomas, 1995: 126).
-
Hemotokrit meningkat
-
Bruit karotis asimtomatis
-
Hiperurisemia dan dislipidemia.
I.4 MANIFESTASI KLINIS
1.
keluhan dan gejala umum stroke
·
Kelemahan ekstremitas yang unilateral
·
Kesulitan bicara
·
Patirasi pada salah satu sisi tubuh
·
Sakit kepala
·
Gangguan penglihatan(diplopia,
hemianopsia, ptosis
·
Rasa pening atau dizziness
·
Kecemasan (ansietas)
·
Perubahan tingkat kesadaran
2. Gejala yang menyertai lesi pada arteri
karotis meliputi :
·
Kelemahan
·
Paralisis
·
Patirasi
·
Perubahan sensorik
·
Gangguan penglihatan pada sisi lesi
·
Perubahan tingkat kesadaran
·
Bruits
·
Sakit kepala
·
Afasia
·
Ptosis
3.Gejala
yang menyertai pada arteri vertebrobasilaris meliputi :
·
Kelemahan pada sisi yang terkena
·
Patirasa di sekitar bibir dan mulut
·
Defisit pada lapangan penglihatan
·
Diplopia
·
Koordinasi yang buruk
·
Disfagia
·
Bicara yang pelo
·
Rasa pening
·
Nistagmus
·
Amnesia
·
Ataksia
4.tanda dan gejala yang menyertai
lesi pada arteri serebri anterior meliputi :
·
Kebingungan
·
Kelemahan
·
Patirasa, khususnya pada tungkai dan di
sisi lesi
·
Inkontinensial
·
Kehilangan koordinasi
·
Kerusakan fungsi motorik dan sensorik
·
Perubahan kepribadian
5.tanda dan gejala yang
menyertai lesi pada arteri seresbri posterior meliputi :
·
Defisit lapangan penglihatan
(hemianopsia homonim)
·
Kerusakan sensorik
·
Disleksia
·
Perseferasi (jawaban yang itu-itu saja
ketika di tanya)
·
Koma
·
Kebtuhuhan kortikal
·
Keadaan tanpa paralisis (biasanya).
(kowalak, 2003: 336)
Hemiplegia kiri
|
Hemiplegia kanan
|
|
Bahasa
Pembicaraan
Pengindraan
Persepsi
Gerakan
Perilaku
Memori
|
Bekerja baik berbagai tingkat.
Dysarthria.
Hilang penginderaan sebelah kiri,homonymous
hemianopsia kiri.
Kesadaran berkurang untuk belahan tubuh kiri, persepsi lain.
Paralise atau parase sebelah kiri, apraxia.
Salah perhitungan,labilitas emosi
meningkat.
Defisit dari informasi spatial
baru.
|
Aphasia receptive/ expressive dalam.
Dysarthria.
Hilang penginderaan sebelah kanan,homonymous
hemianopsia kanan.
Kesadaran normal untuk belahan
tubuh kanan.
Paralise atau parase sebelah,
jarang apraxia.
Perhitungan baik, labilitas emosi meningkat.
Defisit informasi bahasa baru.
|
(Barbara, 1996:
179).
TANDA-TANDA
PERINGATAN
|
Asosiasi
pemulihan stroke di New South Wales tampil dengan suatu akronim untuk membuat
orang tau bila mereka dalam bahaya akan terkena serangan stroke, atau telah
mengalaminya tanpa menyadarinya.
D.A.N.G.E.R
-
Dizziness
or unsteadiness (rasa pening atau rasa tidak tetap pada tangan dan atau pandangan mata).
-
A
change in mental abilities (suatu perubahan dalam kemampuan-kemampuan mental).
-
Numbness, weakness or paralysis in
the face, arm or leg on one side of the body (mati rasa, rasa lemah atau
lumpuh diwajah, lengan atau tungkai pada satu sisi tubuh).
-
Garbeld
speech or inability to speak (biacara kacau atau kata-katanya terbolak-balik
atau tidak kemampuan untuk berbicara).
-
Eye
problems (masalah masalah mata)- penglihatan suram yang tiba-tiba pada satu
mata atau terjadinya penglihatan ganda.
-
Report
to your doctor immediately (laporkan pada dokter anda segera)- karena
gejala-gejala ini pulih dengan cepat dan barangkali tidak akan ada peringatan
kedua.
|
(Leila,
2002: 10).
I.5 KOMPLIKASI
·
Bahu
yang kaku
Sebagian penderita
struk akan menderita perasaan nyeri dan kaku pada bahu di sisi yang sakit. Ada
tiga penyebab keadaan ini pertama, sendi bahu memerlukan kisaran gerakan yang
penuh di sepanjang hari. Jika hal ini terjadi, nyeri hebat dapat terasa ketika
bahu tersebut digerakkan. Kedua, lengan yang lumpuh merupakan beban yang sangat
berat sehingga bila tidak tersangga akan mengakibatkan pembengkakkan, rasa
nyeri serta kekakuan pada sendi tersebut. Penyebab ketiga yang paling sering
menimbulkan kekakuan bahu adalah kerusakan yang terjadi ketika penderita
diangkat secara ceroboh dengan memgang ketiaknya-bagian sendi dapat robek dan
mengalami inflamasi akibat pengangkatan ini.
·
Pneumonia
Akibat gangguan pada
gerakan menelan, mobilitas dan pengembangan paru, serta batuk yang parah
setelah serangan stroke, maka dapat terjadi peradangan di dalam rongga dada dan
kadang-kadang pneumonia.
·
Trombosis
vena provundus dan emboli pulmoner
Suatu trombus atau
bekuan darah sangat sering terbentuk di dalam pembuluh darah balik pada tungkai
yang lumpuh, khususnya di daerah betis. Keadaan ini dapat mengakibatkan
pembengkakan pada pergelangan kaki di sisi tersebut, dengan nyeri tekan pada
otot betis. Kadang-kadang seluruh tungkai dapat membengkak dan terasa nyeri
atau pagal. Karena adanya tambahan cairan di dalam tungkai, gerakan kaki akan
terganggu. Kadang kala trombus dari pembuluh darah balik terlepas dan membentuk
suatu embolus yang terbawa darah ke dalam paru dan kemudian menyumbat satu atau
lebih arteri pulmonalis yang memperdarahi paru-paru. Keadaan ini mengakibatkan
kelainan emboli pulmoner yang kadang-kadanag dapat menimbulkan kematian setelah
serangan stroke. Gejalanya nyeri dada dan sesak napas.
·
Dekubitus
Karena penderita
mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaanya, dekubitus selalu menjadi
ancaman khususnya di daerah bokong, panggul, pergelangan kaki, tumit, dan
bahkan telinga. Dekubitus dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
suatu infeksi sehingga kulit luka pada permukaannya dan kuman dapat masuk.
·
Kejang
(konvulsi)
Beberapa penderita
stroke dapat mengalami serangan kejang pada hari-hari pertama setelah serangan.
Serangan ini dapat berupa kedutan atau (twiching)
atau kejang kaku (spasme) pada otot, pernapasan yang berisik, lidah yang
tergigit, mulut yang berbuih, inkontinensia dan kehilangan kesadaran dalam
waktu yang singkat. Serangan ini lebih besar kemungkinannya terjadi bila
korteks serebri sendiri telah terkena, daripada serangan stroke yang mengenai
struktur otak yang lebih dalam. Kemungkinan lain disebabkan oleh emboli
serebral.
·
Problem
kejiwaan
Penderita sering mengalami depresi
setelah serangan stroke. Disamping rasa rendah diri yang bisa dipahami sebagai
suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas keberadaan mereka. Depresi
merupakan penyebab utama yang menerangkan mengapa penderita tidak mampu
bereaksi dengan kecepatan yang normal terhadap seyiap upaya remobilisasi. (Thomas, 1988: 46)
I.6 PENATALAKSANAAN/
TERAPI
Ø Penatalaksanaan
medis
Terapi medis
-
Neuroproteksi
-
Antikoagulasi
-
Trombolisis intravena
-
Trombolisis intra arteri
-
Terapi perfusi
·
Neuroproteksi
Pada stoke iskemik akut, dalam
batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera jariingan neuron dapat di
pulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang disebut
sebagai strategi neuruprtektif. Hipotermi adalah terapi neuroprotektif yang
sudah lama di gunakan pada kasus trauma otak dan terus di teliti pada stroke.
Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas metabolisme dan tentu saja
kebutuhan oksigen sel-sel neuro. Dengan demikian neuron terlindungi dari
kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau eksitotoksisitas
yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya timbul akibat sel
neuron. Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah pemakaian obat
neuroprotektif. Banyak riset stroke yang meneliti obata yang adapat menurunkan
metabolisme neuron mencegah pelepasan zat-zat toksik dari neuron yang rusak,
atau memperkecil respon hipereksitatorik yang merusak dari neuron-neuron di
penumbra iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke.
·
Antikoagulasi
Diperlukan antikoagulasi dengan derajat
yang lebih tinggi (INR 3,0-4,0) untuk pasien stroke yang memiliki katub
prostetik mekanis.
·
Trombolisis intravena
Resiko terbesar menggunakan terapi
trombolitik adalah perdarahan intraserebrum. Dengan demikian terapi harus
digunakan hanya bagi pasien yang telah di saring secara cerna dan yang tidak
memenuhi satupun dari kriteria eksklusi berikut :
-
Gambaran perdarahan intrakranium berupa
masa yang besar pada CT.
-
Angiogram yang negativ untuk adanya
bekuan
-
Peningkatan waktu protrombin/INR, yang
mengisyaratkan kecendrungan perdarahan
-
Adanya pembuluh dan luka yang belum
sembuh dari trauma atau pemebdaha yang baru terjadi
-
Tekanan darah diastolik yang sangat
tinggi, hilangnya auturegulasi adalah suatu resiko besar
Selain
itu, pasien dengan riwayat yang pernah menggunakan kokain atau amfetamin sering
disingkirkan karena resiko perdarahan dari pembuluh otak di bawah tekanan
tinggi.
-
Trombolisis intrarteri
pemakain trombolisis intraarteri untuk
pasien dengan stroke iskemik akut, sedang dalam penelitian walaupun saat ini
belum di setujuim oleh FDA(FURLAN et al;1999).pasien yang berisiko besar
mengalami perdarahan akibat terapi ini adalah mereka yang skor national
institute of healt stroke scale(NIHSS)-nya tinngi,memerlukan waktu lebih lama
untuk rekanalisasi pembuluh
-
Terapi perfusi
Serupa dengan upaya untuk memulihkan
sirkulasi otak pada kasus spasme saat pemulihan dari perdarahn subarknoid,
pernah di usahakn induksi hipertensi sebagai usaha untuk meningkatkan tekanan darah
arteri rata-rata sehingga perfusi otak dapat meningkat.
·
Terapi bedah
Dekompresi
bedah adalah suatu intervensi drastis yang masih menjalani uji klinis dean di
cadangkan untuk stroke yang paling massif. Pada prosedur ini, salah satu sisi
tengkorak di angkat sehngga jaringan otak mengalami infark dan edema mengembang
tanpa di batasi oleh struktur tengkorak yang kaku. Dengan demikian prosedur ini
mencegah tepat kanan dan distrosi pada jaringan yang masih sehat dan struktur
batang otak. sebelum dilakukan pembedahan, perlu dilakukan arteriogram.
Arteriogram merupakan suatu ancaman serius bagi pasien karena zat warna,
seperti darah bebas, dapat menyebabkan vasospasme karena iritasi, dan tekanan
yang di perlukan untuk memmasuakan zat warna dapat menyebabkan perdarahan di
daerah yang baru mengalami ruktur. Pasien harus distabilkan sebelun di operasi.
Untuk mencapai tujuan ini pasien di sertakan dalam suatu protokol aneurisma,
yang mingkin mencakup prosedur berikut :
-
Ruangan di pergelap. Tidak di lakukan
pengambilan suhu melauli rektum, karena hal ini merangsang saraf vagus dn
meningkatkan tekanan darah
-
Pasien di beri fenobarbital intravena
untuk mengurangi kemungkinan kejang
-
Pasien diberi deksametason (decadron),
untuk menimbulkan diuresis dan melindungi otak dengan menstabilkan membran otak
dan mengurangi edema otak
-
Pasien di beri penghambat reseptor H2
atau inhibitor pompa proton untuk mencegah iritasi saluran cerna yang mugkin
merupakan efek samping.
-
Pasien di beri asam amino kaproat
(amicar) untuk mencegah lisis bekuan
-
Pasien di beri hidra lazim hidroklorida
(apresoline) untuk stabilisasi tekanan darah, apabila tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg.
-
Cairan di batasi berdasarkan osmolalitas
serum : mungkin hingga 800-1200 ml/24 jam. (Sylvia,
2003: 1124).
PENATALAKSANAAN
|
JENIS DAN MAKNA KLINIS
|
Pengobatan konservatif
|
·
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya : pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
·
Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
·
Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi. Antigregasi
thrombosis yang terjadi sesudak ulserasi alteroma.
·
Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam system
kardiovaskular.
|
Pengobatan pembedahan
|
Tujuan utama adala memperbaiki aliran darah serebral.
·
Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
·
Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh klien TIA.
·
Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
·
Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
|
(Arif, 2008:
142).
Ø Stroke
akut di unit gawat darurat
·
Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
·
Pertimbangkan intubasi bila kesadaran
stupor atau koma atau gagal napas.
·
Pasang jalur infus intravena dengan
larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan
hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan salin 0,45%, karena dapat
memperhebat edema otak.
·
Berikan oksigen 2-4 L/menit melalui
kanul hidung.
·
Jangan memberikan makanan atau minuman
lewat mulut.
·
Buat rekaman EKG dan lakukan foto
rontgen toraks.
·
Ambil sampel untuk pemeriksaan darah,
pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa,
elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin
parsial.
·
Jika ada indikasi, lakukan tes-tes
berikut : kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining
toksikologi.
·
Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisis.
·
CT scan atau resonansi magnetik bila
alat tersedia. Bila tidak ada, dengan skor siriraj untuk menentukan jenis
strok.
Skor
Strok Siriraj : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
+ (0,1 x tekanan diastolik) – (3 x petanda ateroma) – 12
Skor > 1 : perdarahan supraten torial
Skor – 1 s.d 1 : perlu CT Scan
Skor < -1 : infark serebri
Derajat kesadaran : 0 =
komposmentis, 1 = somnolen, 2 = sopor atau koma
Vomitus : 0 = tidak ada, 1 = ada
Nyeri kepala : 0 = tidak ada, 1 = ada
Ateroma : 0 = tidak ada, 1 = salah satu
atau lebih (DM, angina, penyakit pembuluh darah)
Ø Prinsip
penatalaksanaan stroke iskemik
·
Membatasi atau memulihkan iskemia akut
yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA
(recombinan tissue-plasminogen activator).
·
Mencegah perburukan neurologis yang
berhubungan dengan stroke yang berkembang (jendela terapi sampai 72 jam).
Perburukkan klinis dapat disebabkan oleh mekanisme :
-
Edema yang progresif dan pembengkakan
akibat infark.
-
Ekstensi teritori infark.
-
Konfersi hemoragis.
·
Mencegah stroke berulang dini (dalam 30
hari sejak onset gejala stroke).
Ø Protokol
penatalaksanaan stroke iskemik akut.
·
Pertimbangkan rt-PA intravena 0,9 mg/
kgBB intravena (dosis maksimum 90 mg).
·
Pertimbangkan pemantauan irama jantung
untuk pasien dengan aritmia jantung atau iskemia miokard. Bila terdapat
vibrilasi atrium respon cepat diberikan digoksin 0,125 – 0,5 mg intravena dalam
12 jam.
·
Tekanan darah yang tinggi pada stroke
iskemik tidak boleh cepat-cepat diturunkan. Karena apabila penurunan tekanan
darah yang terlalu agresif pada stroke iskemia akut dapat memperluas infark dan
perburukan neurologis.
·
Pertimbangkan observasi di unit rawat
intensif pada pasien dengan tanda klinis atau radiologis adanya infark
hemiferik atau serebelum yang masih, kesadaran meurun, gangguan pernapasan,
atau stroke dalam evolusi.
·
Pertimbangkan konsul bedah saraf untuk
dekompresi pada pasien dengan infark serebelum yang luas.
·
Pertimbangkan sken resonansi magnetik
pada pasien dengan stroke vertebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infark
yang tidak nyata pada CT-Scan.
·
Pertimbangkan pemberian heparin intravena
dimulai dosis 800 unit/ jam, 20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan
kecepatan 20 ml/ jam, sampai mastromboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol.
·
Pemeriksaan penunjang neurovaskular
diutamakan yang non invansif, seperti ekokardiografi dan ultrasonografi doppler
karotis.
·
Pertimbangkan pemeriksaan darah pada
kasus penyebab stroke yang tidak lazim terutama pada usia muda.
Ø protokol
penatalaksanaan stroke hemoragik
·
Singkirkan kemungkinan koagulopati. Bila
protrombin memanjang berikan plasma beku segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap
4 jam dan vitamin K15 mg intravena bolus, kemudian 3 x sehari 15 mg subkutan
sampai masa protrombin normal.
·
Kendalikan hipertensi. Tekanan darah
sistolik lebih dari 180 mmHg harus diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan labetalol
(20 mg intravena dalam 2 menit) dan berikan penghambat ACE (kaptopril 12,5 – 25
mg, 2-3 x sehari).
·
Pertimbangkan konsultasi bedah saraf
bila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50
ml.
·
Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan
aneurisma dan malformasi arteriovenosa.
·
Berikan manitol 20% (1kg/ kgBB,
intravena dalam 20-30 menit).
·
Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/ kgBB
intravena, kecepatan maksimal 50 mg/menit/ per oral).
·
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan
nimodipin untuk mencegah vasospasme.
·
Perdarahan intraserebral :
-
obati penyebabnya.
-
turunkan tekan intrakranial yang
meninggi.
-
Berikan neuroprotektor.
-
Tindakan bedah dengan pertimbangan usia
dan koma glasglow (>4).
·
Perdarahan subaraknoid
-
Nimodipin dapat diberikan untuk mencegah
vasospasme pada perdarahan subaraknoid primer akut.
-
Tindakan operasi dapat dilakukan pada
perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat pecahnya aneurisma sakular Berry
(clipping) dan adanya komplikasi hidrocephalus obstruktif (VP shunting).
Ø Pencegahan
: primer dan sekunder.
·
Pencegahan primer
-
Strategi kampanye nasional yang
terintegrasi dengan progaram pencegahan penyakit vaskular lainnya.
-
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas
stroke. Dengan cara dengan menghindari rokok, stres, alkohol, obesitas,
konsumsi garam berlebihan, obat-obatan anfetamin, kokain, dan sejenisnya.
Mengurangi kolesterol dan lemak dalam makanan. Mengendalikan hipertensi, DM,
penyakit jantung, penyakit vaskular aterosklerotik lainnya. Menganjurkan
konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
·
Pencegahan sekunder
-
Modifikasi gaya hidup beresiko stroke
dan faktor resiko misalnya :
Hipertensi dengan cara
diet, minum obat antihipertensi. DM dengan cara diet, dan minum obat
hipoglikemik. Penyakit jantung dengan obat antikoagulan oral. Dislipidemia
dengan cara diet rendah lemak dan obat anti dislipedemia. Berhenti merokok,
hindari alkohol, obesitas dan kurang gerak. Hiperurisemia denga cara diet dan
obat antihiperurisemia.
-
Melibatkan peran serta keluarga
seoptimal mungkin.
-
Obat-obatan yang digunakan :
Asetosal digunakan
sebagai obat pilihan pertama, dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari.
Antikoagulan oral diberikan pada pasien dengan faktor risiko penyakit jantung.
Dosis awal warfarin 10 mg/hari dan disesuaikan setiap hariberdasarkan hasil
masa protrombin. Pasien yang tidak tahan asetosal dapat diberikan, tiklopidin
250-500 mg/hari, dosis rendah asetosal 80 mg + cilostazol 50-100 mg/hari.
-
Tindakan invasif :
Flebotomi untuk
polisitemia. Enarterektomi karotis hanya dilakukan pada pasien yang simtomatik
dengan sstenosis 70-99% unilateral. (Arif,
2000:19).
I.7 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Sinar-X Toraks
Sinar-X toraks merupakan
prosedur standart karena pemeriksaan ini dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung
kongestif.
2. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal melibatkan
pemeriksaan CSS yang sering member petunjuk bermanfaat tentang kausa stroke,
terutama apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar dan tidak dapat memberikan
anamnesis. Sebagai contoh, mungkin terdapat darah di CSS pada stroke hemoragik,
terutama pada perdarahan subaraknoid. Informasi yang akan diperoleh harus
terhadap risiko melakukan pungsi lumbal pada pasien koma. Yaitu, pada
peningkatan TIK, penurunan mendadak tekanan CSS di tingkat spinal bawah dapat
memicu gerakan ke bawah isi cranium disertai herniasi ke dalam batang otak dan
kematian mendadak.
3. Ultrasonografi karotis
Ultrasonografi karotis
terhadap arteria karotis merupakan evalusi standar untuk mendeteksi gangguan
aliran darah karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
4. Angiografi serebrum
Angiografi serebrum dapat
memberi informasi penting dalam mendiagnosis kausa dan lokasi stroke. Secara
spesifik, angiografi serebrum dapat mengungkapkan lesi ulseratif,
stenosisdisplasia fibromuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan
pembentukan thrombus di pembuluh darah besar. Saat ini, angiografi serebrum
dianggap merupakan cara paling akurat untuk mengidentifikasi dan mengukur
stenosis arteri-arteri otak, namun, kegunaan metode ini agak terbatas oleh
penyulit yang dapat terjadi hamper 12% pasien yang dicurigai mengidap stroke.
Risiko utama pada prosedur
ini adalah robeknya aorta atau arteria karotis dan embolisasi dari pembuluh
besar ke pembuluh intrakranium. Dengan gemikian, keuntungan memperoleh
informasi diagnostik yang penting harus ditimbang terhadap kemungkinan
meluasnya stroke saat medium kontras yang disuntikkan menggantikan aliran
darah. Secara umum, angiografi biasanya dicadangkan untuk pasien dengan TIA di
bagian anterior sirkulus Willisi, kerena kelainan penyebab mungkin dapat
diperbaiki secara bedah. Namun, angiografi sebaiknya tidak dilakukan pada
pasien dengan gejala dan tanda lesi sirkulasi posterior
5. Doppler transkranium
Doppler transkranium, yaitu
ultrasonografi yang menggambarkan citra dan suara, memungkinakan kita menilai
aliran di dalam arteri dan mengidentifikasi stenosis yang mengancam aliran ke
otak. Teknologi jenis ini, yang disebut transkranial
Doppler (TCD), juga dapat digunakan untuk menilai aliran darah kolateral
dan CBF total di aspek anterior dan posterior sirkulus Willisi. Keunggulan
prosedua ini adalah bahwa prosedur ini dapat dilakukan di tempat tidur pasien,
noninvasive, dan relative murah; prosedur ini juga dapat dilakukan secara
serial untuk menilai parubahan dalam pola CBF. Kemampuan yang terakhir ini
sangat penting untuk memantau awitan dan resolusi vasospasme arteri setelah
pardarahan intrakranium.
6. Positron Emission Tomography (PET)
Pemindaian dengan positron
emission tomography (PET) mungkin bermanfaat karena prosedur ini dapat
mengidentifikasi seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan
memeratbolisme glukosa serta luas cedera. Dengan demikian, daerah-daerah yang
perfusinya berkurang dapat diidentifikasi.
7. Ekokardiogram Transesofagus (TEE)
Pada
pemeriksaan ini sangat sensitive dalam mendeteksi sumber kardioembolus
potensial (Narayanan et al, 2000).
Ekokardiogram telah menjadi komponen rutin dalam evaluasi stroke iskemik
apabila dicurigai kausa stroke adalah kardioembulus tetapi fibrilasi atrium
sudah disingkirkan sebagai penyebab embolisasi, adalah vegetasi katup aorta
mtralis, defek septum atrium, foramen ovale paten, plak aorta yang menonjol,
dan kelainan katup mitralis. (Sylvia, 2003: 1123).
DAFTAR PUSTAKA
·
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana
Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
·
Henderson Leila. 2002. Stroke Panduan
Perawatan. Jakarta: Arcan.
·
Kowalak. 2003. Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta EGC.
·
Listiono L. Djoko. 1998. Ilmu Bedah
Saraf Satyanegara Edisi III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
·
Long Barbara. C. 1996. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
·
Masjoer Arif. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Kedua. Jakarata: Media Aesculapius.
·
Muttaqin Arif. 2008. Pengantar Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Sistem Peryarafan. Jakarta: Salemba.
·
Price Sylvia. 2003. Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
·
Thomas D.J. 1995. Stroke dan
Pencegahannya. Jakarta: Arcan.
·
Widjaja Winardi. 1992. Simposium
Tatalaksana Stroke 1992. Surabaya: IDASI.
terima kasih ya,,,
BalasHapusdapat ilmu banyak dari sini..
salam kenal,,Lailia
menarik kak arin meterinya
BalasHapusgood info, thank for inspirasion, very benefit to my life,read more perbedaan stroke ischemic dengan stroke hemorragic
BalasHapus