I.
KONSEP PENYAKIT
I.1. PENGERTIAN
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe
sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi
defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat
antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar
dengan lubang aorta (Harianto, 1994).
Sebagai
konsekuensinya didapatkan adanya
empat kelainan anatomi sebagai berikut :
§
Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
kedua rongga ventrikel
§
Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan
klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
§
Aorta overriding dimana pembuluh darah utama
yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah
sebagian aorta keluar dari bilik kanan
§
Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit
adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai
berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Jadi tetralogi of fallot adalah kombinasi dari obstruksi aliran ke luar
dari bilik kanan (stenosis pulmonal),
Defek Septum Ventrikel (VSD),
aorta overriding, dan hipertrofi ventrikel kanan.
I.2. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus,
penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
-
Berbagai jenis penyakit genetik :
kelainan kromosom
-
Anak yang lahir sebelumnya
menderita penyakit jantung bawaan
-
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
-
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut
program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
-
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
-
Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa
penyebab endogen dan eksogentersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit
jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor
penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu
ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
I.3. MANIFESTASI
KLINIK (Nelson, 1992; 726)
·
Sianosis, satu dari manifestasi-manifestasi
tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir.
Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut
mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin
terdapat suatu gagal jantung kongesif.
·
Dispneu
terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
Bayi-bayi dan anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk
waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar
mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk
beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin oleh
intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan mengambil sikap
berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari
aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali
dalam beberapa menit.
·
Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”) terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama
kehidupan penderita. Bayi
tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat,
pendertita mulai sulit bernapas. Serangan-serangan demikian paling sering
terjadi pada pagi hari.
·
Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak tumbuh dan berkembang
secara tidak normaldapat mengalami
keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati. Tinggi badan dan
keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rataserta otot-otot dari jaringan
subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
·
Biasanya denyut pembuluh darah normal, seperti halnya tekanan darah arteri dan vena.
Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung biasanya mempunyai
ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri
tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
·
Bising sistolik yang ditemukan seringkali terdengar
keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar
intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas
lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada
obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar
tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut
jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat
terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising
tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang
melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.
I.4. KOMPLIKASI (Nelson, 1992; 731)
·
Trombosis
serebri
Biasanya terjadi dalam vene serebrum
atau sinus duralis, dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering ditemukan
pada polisitemia hebat. juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi. trombosis lebih
sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada penderita ini paling sering
mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar hemoglobin dan hematokrit dalam
batas-batas normal.
·
Asbes
otak
Biasanya penderita penyakit ini telah
mencapai usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering berlangsung tersembunyi
disertai demam berderajat rendah. mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada
kranium, dan laju endap darah merah serta hitung jenis leukosit dapat
meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti epilepsi, tanda-tanda
neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan ukuran abses tersebut.
·
Endokarditis
bakterialis
terjadi pada penderita yang tidak
mengalami pembedahan, tetapi lebih sering ditemukan pada anak dengan prosedur
pembuatan pintasan selama masa bayi.
·
Gagal
jantung kongestif
dapat terjadi pada bayi dengan atresia
paru dan aliran darah kolateral yang besar. keadaan ini, hampir tanpa
pengecualian, akan mengalami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan
penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang menurun.
·
hipoksia
keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan
akibat dari stenosis pulmonal sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru
menurun.
I.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
2. BGA
Nilai BGAmenunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial
oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi
3. Analisa Gas Darah
PCV meningkat. PCV lebih besar 65%, dapat menimbulkan kelainan koagulasi :
waktu perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang
abnormal.
4. Desaturasi darah arterial.
5. Anemia hipokrom mikrositer (karena
defisiensi besi).
b. X foto dada (radiologi)
-
Jantung
tidak membesar
-
Arkus
aorta disebelah kanan (25%)
-
Aorta
asendens melebar
-
Konus
pulmonalis cekung
-
Apeks
terangkat
-
Vaskularitas
paru berkurang
-
Jantung
berbentuk sepatu
c. EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH):
gelombang P diantara II sering tinggi.
d. Ekokardiogram
-
Overiding
aorta
-
Defect
septum ventrikel
-
Jalan
keluar ventrikel kanan menyempit.
e. Kateterisasi
Diperlukan
sebelum tindakan pembedahan untuk
mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari
dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi
oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal
atau rendah.
I.6. PENATALAKSANAAN
Kebanyakan
anak dengan tetralogi fallot direncanakan untuk menjalani bedah jantung, namun
indikasi untuk koreksi total versus penanganan paliatif bergantung pada
kebijakan ahli bedah.
a. Penatalaksanaan medis
·
Pada
anemia relatif dapat diberi preparat besi
·
Jaga
hygiene gigi geligi
·
Pada
tindakan pembedahan ringan atau pencabutan gigi perlu diberi propilaksis
terhadap endokarditis infektif
·
Hindari
keadaan dehidrasi, misalnya pada gastroenteritis
·
Pada
perdarahan beri transfusi darah
·
Pada
serangan hipoksia :






b. Penatalaksanaan pembedahan
·
Pembedahan
paliatif
Dengan suatau shunt procedure diharapkan paru akan mendapat darah lebih
banyak dan sianosis akan menghilang.
Cara :
Ø Prosedur Blalock – Taussig :
Anastomosis antara arteri sistemik (A. subklavia, A. karotis) dengan arteri
pulmonalis proksimal yang ipsilateral.
Arteri
subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat, dibelah dan
dianastomosiskan ke arteri pulmonal kotralateral. Keuntungan pirau ini adalah
membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah
mengangkatnya selama perbaikan definitive. Prosedur ini memakai bahan
prostetik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini , ukurannya dapat
lebih dikendalikan, dan lebih mudah pada saat anak masih muda.
Konsekuensi
hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik
memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran
darah pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran
darah ini memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai
anak tersebut cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.
Ø Prosedur Waterson : Anastomosis antara
aorta asendens dengan arteri pulmonalis kanan.
Indikasi :
Tindakan ini dilakukan apabila koreksi total tidak atau belum dimungkinkan
(misalnya pada hipoplasia arteri pulmonalis atau pada bayi). dengan prosedur
ini diharapkan arteri pulmonalis dapat berkembang.
·
Bedah
kolektif.
Tindakan ini terdiri dari :
Ø Penutupan defek septum ventrikel
Ø Reteksi infundibulum
Ø Valvulotomi untuk stenosis pulmonal
III.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
III.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
-
Anak
·
Nama
·
Umur
Menjelang usia 2-3 bulan pembentukan jari-jari tabuh pada tangan dan kaki
akan tampak. Pada usia tahun pertama, sianosis akan terjadi dan nampak paling
menonjol. biasanya muncul pada umur 5 tahun ke atas.
·
Jenis
kelamin
-
Orangtua
·
Nama
ibu
·
Umur
·
Pendidikan
Pendidikan yang rendah
pada orangtua mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit anak.
·
Pekerjaan
Biasanya ibu hamil yang
bekerja di pabrik-pabrik kimia cernderung mempengaruhi kesehatan anak dalam
kandungan.
2. Keluhan
Menanyakan dan
melihat keluhan apa saja yang diungkapkan pasien atau orangtua pasien, baik
secara verbal maupun nonverbal.
Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan.
Tetapi keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
3. Riwayat kehamilan ibu
Ditanyakan keadaan
kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta apa upaya yang
dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Melakukan pemeriksaan kehamilan
atau tidak, bila ya berapa kali seminggu dan kepada siapa (dukun, bidan atau
dokter), obat-obat yang diminum pada trisemester pertama. Infeksi beberapa
jenis virus, misalnya virus Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus dan HerpeS simpleks, maupun HIV (TORCH). (Abdul, 2000; 13).
4.
Riwayat penyakit sekarang
Mengumpulkan data kronologi/ awal terjadinya penyakit. Pada
penderita TF, biasanya diawali dengan gejala sianosis, dispneu, pertumbuhan dan
perkembangan abnormal, bising sistolik, dan murmur.
5. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit TF diderita oleh anak yang
lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan, adanya penyakit tertentu
dalam keluarga seperti ; DM, hipertensi,kelainan bawaan jantung, ibu menderita
penyakit infeksi rubella, atau pajanan terhadap sinar X.
6.
Riwayat tumbuh kembang
Biasanya anak cendrung
mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah
rata-rataserta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan
masa pubertas juga terlambat.
7. Data psikososial
Mekanisme koping anak/ keluarga, Pengalaman
hospitalisasi sebelumnya.
8. Pemenuhan kebutuhan dasar (di rumah dan di Rumah
Sakit)
-
Nutrisi,
cairan dan elektrolit
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : air susu ibu (ASI) atau
pengganti air susu ibu (PASI), ataukah keduanya. Bila ASI apakah diberikan
secara eksklusif atau tidak. (Abdul, 2000; 13).
-
Hygene
perseorangan
bagaimana cara
perawatan diri pada anak khususnya pada gigi geligi.
-
Eliminasi
Biasanya pada
penderita tetralogi fallot terjadi penurunan haluaran urine.
-
Aktivitas
dan istirahat tidur
Anak akan sering Squatting
(jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan
berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
9. Pemeriksaan fisik
-
Keadaan
umum
-
TTV :
·
Nadi :
laju nadi pada TF biasanya bradikardia, iramanya disritmia pada keadaan
ini denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada
waktu ekspirasi. (abdul, 2007; 27)
·
Tekanan
darah : tekanan darah biasanya menurun karena akibat dari sirkulasi udara yang
mengalami hambatan oleh hipertrofi ventrikel kanan.
·
Pernapasan
: pada penderita TF anak akan mengalami dispneu bila melakukan aktivitas fisik,
yang dapat disertai juga sianosis dan takipneu. perlu diperhatikan apakah
distres terjadi terutama pada inspirasi atau ekspirasi. (abdul, 2007; 31)
·
Suhu
: pada TF normal (36oC-37,5oC)
-
Berat
badan : pada bayi TF usia 9 bulan berat badan tidak mengalami pertumbuhan.
-
Pemeriksaan
persistem :
1. B1 (breathing)
Karena
terjadinya percampuran darah kaya O2 dan CO2, terjadi penurunan curah jantung
yang menyebabkan perfusi jaringan keseluruh tubuh berkurang sehingga
mengakibatkan anak mengalami gangguan pertukaran gas.
2. B2 (blood)
-
karakteristik
bunyi dan bising jantung pada TF mirip dengan bunyi dan bising jantung pada
stenosis pulmonal tetapi makin berat stenosisnya makin lemah bising yang
terdengar karena lebih banyak dialihkan ke ventrikel kiri dan aorta daripada ke
arteri pulmonalis. Pada TF dapat terdengar klik sistolik akibat dilatasi aorta.
(abdul, 2007; 89)
-
Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
-
Terdengar bunyi murmur pada batas
kiri sternum tengah sampai bawah.
3. B3 (brain)
-
Periksa
GCS pasien (noormal 4-5-6). Hal tersebut dilakukan untuk menentukan tingkat
kesadaran pasien karena pada TF O2 ke otak berkurang dan akan terjadi penurunan
kesadaran sehingga mengakibatkan resiko cedera.
4. B4 (bladder)
-
Periksa
haluaran urine pasien, haluaran urin biasanya berkurang karena perfusi O2 ke
jaringan berkurang termasuk ke arteri renalis.
5. B5 (bowel)
-
Kaji
kebutuhan nutrisi pasien. Biasanya pada penderita TF, kebutuhan nutrisi
berkurang dikarenakan O2 yang ke sistem jaringan berkuang sehingga saat anak
melakukan aktivitas (menetek, berjalan) akan mudah lelah sehingga nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh tidak seimbang.
6. B6 (bone)
-
Pada
penderita TF anak- anak yang lebih
besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin
oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan mengambil
sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi
akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan
aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
III.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
2.
3.
|
Gangguan pola napas
berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat kondisi yang
melemah.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
IIII.3 INTERVENSI
1.
Gangguan pola napas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat
kondisi yang melemah.
Tujuan : Pasien mampu berpola nafas
kembali secara efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
dengan kriteria hasil :
-
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
-
Ekspansi dada maksimal
-
Bunyi napas tambahan tidak ada
-
Napas pendek tidak ada
Intervensi :
· Pantau adanya pucat
dan sianosis
R/ memungkinkan untuk mencegah terjadinya sianosis
lebih awal.
·
Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
meningkatkan pola pernapasan.
R/ memudahkan ekspansi paru.
Kolaborasi :
·
Pertahankan O2 selalu adekuat dengan kanul atau masker.
R/ terpenuhinya kebutuhan O2 pada jaringan.
Observasi
:
·
Kaji pernafasan setiap 2 sampai 4 jam (kedalaman, irama, frekuensi,
penggunaan otot pernafasan).
R/ mengetahui adanya ketidak efektifan jalan nafas.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelemahan.
tujuan : Pasien menunjukan peningkatan berat badan setelah dilakukan perawatan
selama ...x24jam dengan kriteria hasil :
-
peningkatan berat badan
-
nafsu makan bertambah (ASI/PASI)
-
dispneu (-)
Intervensi :
· menjelaskan kepada
orangtua mengenai tindakan yang akan dilakukan
R/ agar
adanya kerjasama antara perawat dengan orangtua pasien dalam proses
penyembuhan.
· auskultasi bunyi usus
R/ penurunan/hipoaktif
bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktifitas, dan
hipoksemia
Kolaborasi :
· kaji pemeriksaan
laboratorium.
R/ mengevaluasi/
mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi
Observasi :
· pertahankan jadwal
penimbangan berat badan teratur
R/ memberikan catatn lanjut
penurunan/ peningkatan berat badan yang akurat
3. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
tujuan : Pasien menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
dalam waktu....x24 jam dengan kriteria hasil :
-
dispnea(-)
-
kelemahan
(-)
- TTV:
TD : 90/70
mmHg
Nadi 120-140x/menit
RR: 35 x/mnt
Intervensi :
· Jelaskan kepada
keluarga tentang aktifitas maksimal anak dengan gangguan kelainan jantung
R/ keluarga mengerti pentingnya pemenuhan kebutuhan
aktifitas
· kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian oksigen nasal 2liter/jam
R/ memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas
· Observasi ada tidaknya
sianosis pada jaringan hangat.
R/ menunjukkan hipoksemia siskemik.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Lynn Betz Cecily dan A. Sowden Linda. Buku saku
keperawatan pediatri, Edisi 5; Jakarta,
2004. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
·
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri,
Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
·
Harianto, Agus, dkk. Pedoman Diagnosis dan
Terapi; Surabaya, 1994. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
·
Doenges E Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan;
Jakarta, 1993. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
·
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak; Jakarta, 1992.
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar